Pemadatan Tanah yang Baik
Tanah, kecuali berfungsi sebagi pendukung pondasi bangunan,
juga digunakan sebagi bahan timbunan seperti: tanggul, bendungan, dan j alan. Maksud dari pemadatan tanah antara lain :
1. Mempertinggi kuat geser
tanah
2. Mengurangi sifat mudah mampat
3. Mengurangi Permeabilitas
4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air, dan yang lainnya.
Maksud tersebut dapat tercapai dengan pemilihan tanah bahan timbunan, cara pemadatan , pemilihanmesin pemadat, danjumlah lintasan yang sesuai.
Peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis disebut pemadatan. Ada perbedaan yang mendasar antara
peristiwa pemadatn dan peristiwa konsolidasi tanah. Konsolidasi adalah pengurangan pelan-pelan volume pori yang berakibat berambahnya berat volume kering akibat beban statis yang bekerja dalam periode tertentu.
Peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis disebut pemadatan. Oleh akibat beban dinamis, butir-butir tanah merapat satu sama lain sebagai akibat berkurangnya rongga udara. Tujuan pemadatan dapat tercapai dengan pemilihan tanah bahan
timbunan, cara pemadatan, pemilihan mesin pemadat, dan jumlah lintasan yang sesuai.
Kepadatan secara kuntitatif diukur dari berat volume kering tanah, yaitu berat butiran padat atau berat tanah kering oven dibagi dengan volume tanah secara keseluruhan (yaitu volume tanah termasuk volume butiran padat dan rongga
pori). Volume tanah total (V), pada umumnya relatif tetap oleh perubahan kadar air, kecuali pada lempung ekspansif. Jika akibat perubahan kadar air volume total tanah (V) tetap, sedangkan berat butiran tanah kering (Ws) juga tidak berubah, maka nilai berat volume kering (kepadatan) ɣd = Ws/V tetap, walaupun kadar air berubah.
Tanah-tanah granuler paling mudah penanganannya untuk pekerjaan lapangan. Material ini mampu memberikan kuat geser yang tinggi dengan sedikit perubahan volume sesudah dipadatkan. Permeabilitas tanah granuler yang tinggi dapat menguntungkan maupun merugikan.
Tanah lanau yang dipadatkan, umumnya akan stabil dan mampu memberikan kuat geser
yang cukup dan sedikit kecenderungan
perubahan volume. Tapi, tanah lanau sangat sulit dipadatkan bila dalam keadaan basah, karena
permeabilitasnya rendah.
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan dapat memberikan kuat geser tinggi. Lempung padat mempunyai permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak dapat dipadatkan dengan baik pada waktu sangat basah (jenuh). Bekerja dengan tanah lempung yang sangat basah akan mengalami banyak kesulitan.
Dalam pembangunan proyek-proyek jalan raya, gedung dan bendungan, pemadatan adalah salah satu pekerjaan yang penting. Dalam pembangunan jalan, tanah urug untuk timbunan, dan agregat untuk lapis pondasi (base course) dihamparkan dan dipadatkan sampai kekuatannya mampu menahan beban yang akan bekerja di atasnya. Suatu hal yang ti dak diinginkan adalah bila perkerasan setelah selesai dibangun, tanah berubah
bentuknya, atau berkurang
volumenya, oleh akibat beban di atasnya. Dengan pemadatan tanah yang baik, pengurangan volume akibat beban material di atasnya, atau oleh akibat beban l uar yang bekerja berulang-ulang dapat dikurangi. Perubahan bentuk tanah yang umumnya tidak seragam dari satu tempat ke tempat lainnya, akan dapat mengakibatkan kerusakan struktur yang terletak di atasnya.
Oleh pengaruh tekanan
rendah, tanah dapat berperilaku elastis, sehingga regangan akibat beban dapat hilang, apabila bebannya hilang. Bila tekanan lebih tinggi, tanah akan memadat, sehingga menambah kekuatan tanah yang diikuti dengan regangan permanen.
Jika tekanan lebih besar lagi, tanah akan memadat sampai pada kedudukan
tidak ada lagi kenaikan kekuatan yang dapat dimobilisasi, dan pada kondisi ini tanah akan bergeser pada volume konstan. Dengan memadatkan tanah
secara terkontrol, rongga udara
dapat diminimumkan, sehingga di kemudian hari tanah cenderung dalam kondisi sulit berubah kadar airnya. Jika tanah urug
untuk timbunan dipadatkan dengan baik, maka penurunan
badan timbunan akan kecil. Dalam kondisi ini, penurunan lebih diakibatkan oleh kompresi dari tanah fondasi di bawah timbunan, bila tanahnya mudah mampat.
Bertambah rapatnya susunan butiran sesudah dipadatkan atau sesudah bangunan dalam masa layanan, merupakan masalah umum yang harus diperhatikan. Hal ini lebih terlihat pada struktur
perkerasan jalan, di mana ratusan atau bahkan ribuan siklus pengulangan beban terjadi oleh beban lalu lintas. Pemadatan yang seksama diperlukan selama pelaksanaan pembangunan perkerasan, jika ingin terhindar dari resiko pengurangan volume tanah oleh memadatnya tanah ini.
Beberapa masalah bisa terjadi pada tanah fondasi yang kurang padat. Jika bangunan di atasnya mengalami getaran oleh akibat mesin, pemadatan tanah dapat mengakibatkan penurunan. Pemadatan
tanah yang berakibat penurunan juga dapat terjadi oleh aktivitas pembangunan di sekitarnya yang menimbulkan getaran, seperti pemancangan tiang.
PRINSIP UMUM PEMADATAN
Pada pemadatan tanah
tanah semula akan diberi energy mekanis yang dinamis (berulang-ulang) sehingga volume tanah berkurang
yang kemudian nilai berat volume tanahnya bertambah. Pengurangan volume tanah terjadi karena volume udara termampatkan. Contoh yang banyak ditemui adalah roler (stum) pada pekerjaan pemadatan tanah jalan.
Bentuk lain dari pengurangan volume tanah adalah dengan cara konsolidasi. Cara konsolidasi yaitu memberikan energy dengan beban yang diam dalam jangka waktu tertentu. Cara ini khusus untuk
tanah-tanah kohesif.
Derajat pemadatan suatu tanah diukur dalam berat volume kering. Pada saat pemadatan air berfungsi sebagai pelunak (softening agent). Pada mulanya saat kadar air
0% berat volume sama dengan berat volume kering. Jika k adar air bertambah maka berat volume akan bertambah
pula, tapi pada batas tertentu (OMC
dan MDD) apabila kadar air ditambah lagi berat volume akan menurun. Hal ini disebabkan apabila sudah padat diberi air lagi partikel tanah akan bergerak dan rongga akan diisi air. Untuk mengetahui berat volume kering maksimum, dilakukan uji lab proctot standar.
Tingkat pemadatan tanah di ukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagia unsur pembasah pada partikel-partikel tanah. Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah meningkat.
Harap dicatat bahwa pada saat kadar air w = 0, berat volume basah dari tanah adalah sama dengan berat volume keringnya.
Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat secar bertahapmpula. Berat volume kering dari tanah pada kadar air dapat dinyatakan:
Setelah mencapai kadar air tertentu w = w2, adanya penambahan
kadar air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana harga berat volume ker ing maksimum tanah dicapai tersebut kadar air optimim.
Percobaan-percobaan di laboratorium yang umum dilakukan untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah proctor compaction (uji pemadatan Proctor).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMADATAN
- Jenis tanah
- Kadar air
- Cara pemadatan
- Energi pemadatan (frekuensi pemadatan)
JENIS TANAH
Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap pemadatan tanah itu sendiri. Pasalnya, perlakuan pemadatan pada tiap jenis tanah itu berbeda beda. Ada tanah yang tidak terlalu sulit dalam pedatannya, ada yang sulit, dan bahkan
ada yang memerlukan perlakuan khusus dalam pemadatannya. Dalam ilmu Mekanika Tanah, ada beberapa
jenis klasifikasi tanah. Antara lain;
- Tanah gravel adalah tanah dengan
butir butir kasar atau biasa disebut dengan tanah kerikil. Butiran dari jenis tanah ini diperkirakan ˃ 2 mm.
Tanah ini termasuk mudah dalam proses pemadatannya.
- Tanah Pasir adalah tanah dengan
butir butir agak kasar.
Butiran dari jenis tanah ini diperkirakan antara 2.00
— 0.06 mm. Tanah ini juga termasuk mudah dalam proses pemadatannya.
- Tanah Lanau adalah tanah yang umumnya stabil, dan memiliki kuat geser yang tinggi. Tanah jenis ini sangat sulit dipadatkan jika dalam keadaan basah, sebab tanah jenis ini memeiliki premeabilitas yang cukup tinggi. N amun, bila tanah ini sudah dipadatkan, volume tanah ini akan sangat derastis penurunannya.
- Tanah Lempung adalah tanah yang memiliki ciri-ciri hamper sama dengan tanah jenis lanau. Tanah ini sukar dipadatkan dalam keadaan jenuh, alis terlalu banyak air/basah.
Butiran tanah ini sangat halus, oleh karenanya sukar untuk dipadatkan atau dirapatkan.
KADAR AIR
Kadar air mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat kemadatan yang dapat dicapai oleh suatu tanah.
Tanah kohesif kering merupakan bongkah-bongkah yang sukar dipadatkan. Jika disiram air menjadi Iunak dan lebih mudah dipadatkan, tapi makin besar kadar air tanah makin membatasi kepadatan yang dapat dicapai. Yang dapat
berkurang hanya udara, jika volume air lebih besar maka kepadatan maksimum berkurang.
Tanah kenyang air tidak dapat dipadatkan. Pada dasarnya, makin basah tanah makin mudah dipadatkan.
Karena air berfungsi sebagai pelumas agar butir-butir tanah mudah merapat. Tapi kadar air yang berlebihan akan mengurangi hasil pemadatan yang dapat dicapai.
Pada pemadatan suatu tanah dengan tenaga pemadatan
tertentu akan menghasilkan pemadatan terbesar.
Kadar air terbaik tersebut disebut kadar air optimum = Optimum moisture Content =
OMC = wopt
Kepadatan terbesar=berat volume kering maksimum=Maksimum Dry Density=MDD = γk maks.
CARA PEMADATAN
Cara pemadatan tanah dilakukan dengan 2 cara. Yakni dengan cara Manual dan menggunakan Mesin. Cara manual adalah dengan menggunakan tenaga manusia langsung dalam proses pengerjaannya. Yaitu dengan cara ditumbuk atau digilas dengan alat seadanya. Salah satu alat yang sering digunakan adalah TAMMPER / RAMMPER. Dengan cara ini, proses pemadatan tanah membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebab, tidak cukup bila hanya dilakukan sekali saja, apa lagi bila menghadapi jenis tanah yang sukar untuk padat.
Sedangkan cara yang kedua adalah dengan menggunakan mesin. Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, banyak alat alat pemadat yang sangat umum dipakai. Antara lain;
1.
TREE WHEEL ROLLER
Penggilas Roda Tiga (Three wheel roller) merupakan alat penggilas yang tertua dan sampe sekarng masih digunakan sebagai pekerjaan alat pemampatan tanah. Three wheel roller ini digunakan untuk memampatkan lapisan yang terdiri dari bahan-bahan yang berbutir kasar,misalnya untuk pembuatan jalan macadam.
Alat ini mempunyai berat antara
6-12 ton.
2.
SMOOTH
WHEEL ROLLER = ROAD ROLLER
Alat pemadat terdiri dari roda baja dengan tekanan
kontak sampai dengan 400 kPa, cocok untuk semua jenis tanah. Luas cakupan pemadatan selebar luas roda yang kontak dengan tanah yang dipadatkan.
3.
SHEEP FOOT ROLLER
Sheepfoot roller termasuk alat pampat yang melindas dari bawah.Bagian utama roller berupa drum yang sekelilingnya diberi kaki-kaki, sehingga tekanan roller dapat terpusat pada kepala kaki. Sheepfoot roller merupakan alat pampat yang ditarik,dan pada waktu
ditarik kaki-kaki domba akan masuk kedalam lapisan tanah,dan dinding drum yang ada pada permukaan lapisan akan memberikan kemampatan sementara.Sehingga tebal lapisan yang efektif untuk pemampatan dengan
sheepfoot roller ini antara 20-25 cm,dan bahan tanah yang cocok untuk sheepfoot roller ini adalah tanah yang banyak mengandung lempung.
4.
PNEUMATIC TIRED ROLLER
Roller ini mempunyai roda -
roda
dari ban karet (pneumatic) dengan permukaan yang dibuat rata. Jumlah roda-roda gilas selalu gasal,Misalnya 9 (4 roda depan, 5
roda belakang), 11 (5 roda depan, 6 roda belakang) atau 13 (6 roda depan, 7
roda belakang Penggilasan dengan ban ini mempunyai ciri khusus dengan adanya kneading effect, ialah air dan udara dapat ditekan ke luar (pada tepi-tepi ban) yang segera akan menguap pada keadaan udara yang kering.
Kneading effect ini sangat membantu dalam usaha pemampatan
bahan- bahan yang banyak mengandung lempung atau tanah liat. Perlu diperhatikan pada penggilasan bahan berbutir kasar yang tajam ban- ban penggilas akan cepat
rusak, sehingga pneumatic tired roller banyak digunakan dalam pekerjaan pengasapalan jalan.
5.
VIBRATING ROLLER
Vibration Roller adalah termasuk tandem roller,yang cara pemampatannya menggunakan efek getaran,dan sangat cocok digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil pasir. Efisiensi pemampatan yang dihasilkan sangat baik,karena adanya
gaya dinamis terhadap tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Pemampatan dengan vibration roller ialah frekuensi getaran, amplitude dan gaya sentrifugal.
6.
PORTABLE ROLLER DAN TRENCH
ROLLER
Portable roller adalah roller jenis kecil dengan
berat hanya 4 sampai 6 ton saja,salah satu jenisnya ada dilengkapi dengan roda karet yang dapat dinaik-turunkan. Waktu bekerja roda karet digantung, sehingga yang menyentuh permukaan tanah adalah
roda-roda bajanya. Trench roller adalah penggilas khusus parit atau lubang galian,
sehingga konstruksinya dibuat khusus sedemikian rupa agar sesuai untuk pekerjaan tersebut.Kemampuan roller ini untuk memampatkan parit sedalam antara 16 sampai 23 inci.
ENERGI PEMADATAN
Energi yang dibutuhkan untuk pemadatan pada uji Proctor Standart, dapat dituliskan sebagai berikut:
E = Nb
. Nl . W . H V
Dengan :
Nb
|
=
|
Jumlah pukulan per lapisan
|
Nl
|
=
|
Jumlah lapisan
|
W
|
=
|
Berat pemukul
|
H
|
=
|
Tinggi jatuh pemukul
|
V
|
=
|
Volume mould
|
SPESIFIKASI PEMADATAN TANAH DI LAPANGAN
Tujuan pemadatan
adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Oleh karena itu, sifat teknis timbunan sangat penting diperhatikan, tidak hanya kadar air dan berat volume keringnya. Hal ini sering diabaikan dalam pengontrolan pekerjaan tanah. Penekanan umumnya diletakan pada pencapaian berat volume kering minimum yang
harus dicapai, dan sedikit saja yang pertimbangan diberikan pada sifat-sifat teknis tanah urug yang akan dipadatkan. Berat volume kering dan kadar air mempunyai hubungan yang baik dengan sifat-sifat teknis tanah, dan karena
itu dipakai sebagai parameter pengontrol pekerjaan pemadatan. Prosedur pelaksanaan di lapangan pada umumnya, diterangkan di bawah ini.
Percobaan di laboratorium dilaksanakan pada contoh
tanah yang
diambil dari borrow-material (lokasi pengambilan bahan timbunan), untuk ditentukan sifat- sifat tanah yang akan
dipakai dalam perencanaan. Untuk proyek-proyek besar, tanah dari tempat pengambilan bahan timbunan ini diambil yang dapat mewakili,
yang secara tipikal diambil setiap 1000 sampai 3000 m3 atau lebih, atau jika material di tempat pengambilan berubah secara signifikan (Holtz dan Kovacs, 1981).
Sesudah bangunan
dari tanah (tanggul, jalan, dan sebagainya) direncanakan, spesifikasi dibuat. Pengujian untuk kontrol hasil pemadatan di
lapangan dispesifikasikan dan hasilnya menjadi standar untuk
pengontrolan proyek.
Terdapat dua kategori spesifikasi untuk pekerjaan tanah :
1.
Spesifikasi hasil akhir dari pemadatan.
2.
Spesifikasi untuk
cara pemadatan.
Untuk spesifikasi hasil akhir, kepadatan relatif atau persen kepadatan tertentu dispesifikasikan. Kepadatan relatif (Rc) adalah nilai banding dari berat volume kering di lapangan, ɣd(lap) dengan berat
volume kering maksimum di laboratorium ɣd(lab) menurut percobaan
standar, seperti percobaan standar Proctor atau Proctor dimodifikasi.
Perlu diingat bahwa memadatkan tanah pada sisi basah optimum ( wet side of optimum), umumnya menghasilkan kuat geser tanah hasil pemadatan
lebih rendah dibandingkan dengan kadar air pada sisi kering optimum ( dry
side of optimum). Sifat-sifat tanah yang lain, seperti permeabilitas dan potensi kembang susut juga dipengaruhi oleh kadar air
saat pemadatan. Karena itu,
selain persen kepadatan ditentukan, rentang kadar air tanah yang akan
dipadatkan sebaiknya juga ditentukan.
Dalam metoda spesifikasi cara pemadatan, macam
dan
berat
mesin pemadat, jumlah lintasan serta ketebalan tiap lapisan ditentukan. Selain itu, ukuran butiran maksimum sering pula dispesifikasikan. Hal ini banyak dipakai untuk proyek pekerjaan tanah yang besar seperti bendungan tanah.
Di lapangan hasil pekerjaan pemadatan
dispesifikasikan menurut kepadatan maksimum yang telah ditentukan sebelumnya. Ahli mekanika tanah menyiapkan
perancangan proyek yang di
dalamya menyangkut spesifikasi kepadatan tanah yang harus dicapai di lapangan. Umumnya, uji
standar Proctor digunakan sebagai acuan. Kadang-kadang, uji
Proctor dimodifikasi juga digunakan, terutama bila timbunan digunakan untuk mendukung bangunan-bangunan yang berat.
Spesifikasi untuk pemadatan lapangan harus mendefinisikan tipe uji laboratorium yang akan digunakan sebagai acuan, dan derajat kepadatan yang disyaratkan, misalnya kepadatan atau berat volume kering minimum yang harus dicapai di lapangan 95%
kepadatan standar Proctor. Spesifikasi juga harus menyebutkan dengan jelas prosedur uji
pemadatan yang harus diacu, misalnya ASTM, AASHTO atau yang
lain. Namun, dalam hal menemui kondisi pembebanan atau tipe tanah yang khusus, maka uji
coba pemadatan di
laboratorium atau di lapangan (field trial) mungkin dibutuhkan untuk menentukan
spesifikasi pemadatan yang cocok.
Kadar air saat saat pemadatan, umumnya berkisar di antara 1 atau 2% dari kadar air optimum hasil uji laboratorium. Hal ini adalah untuk kemudahan
pekerjaan dan antisipasi variasi kadar air yang terjadi di lapangan. Namun, untuk
proyek- proyek tertentu, ada pula yang menspesifikasikan kisaran kadar air pada kondisi basah atau kering optimum.
Frekuensi dan prosedur untuk mengecek kepadatan dan kadar air di lapangan juga dispesifikasikan, misalnya pengecekan dilakukan dengan uji kerucut pasir (sand cone) atau yang lain.
NAVFAC DM-7.2
(1982) memberikan petunjuk pelaksanaan pada jumlah uji kontrol kepadatan di lapangan yang sebaiknya dilakukan pada berbagai macam tipe proyek sebagai berikut:
1. Satu pengujia n
untuk setiap 380 m3 (500
yd3) material timbunan yang dihamparkan.
2. Satu pengujian untuk setiap 380
–
780
m3 (500
– 1000 yd3) material untuk pekerjaan perlindungan permukaan (lining)
saluran atau waduk atau bagian urugan yang relatif tipis yang lain.
3. Satu pengujian untuk setiap 75 – 150 m3 (100 – 200 yd3) untuk urugan pada parit atau di sekitar struktur, bergantung pada volume total dari material yang terkait.
4. Paling tidak satu pengujian untuk setiap satu lapisan penuh pada operasi pekerjaan tanah.
5. Satu pengujian yang dilakukan kapan saja, bila terdapat suatu
dugaan tentang adanya perubahan kualitas kontrol dari kadar air atau efektivitas kepadatan.
Terdapat banyak petunjuk pelaksanaan terkait dengan jumlah pengujian kepadatan lapangan yang harus dilakukan. Sebagai contoh, Road Research Laboratory
(1968) menyarankan melakukan uji kepadatan
pada
setiap luasan dipadatkan 836
m2 (1000 yd2).
Pelaksana yang akan melakukan pengujian kepadatan di lapanga n
juga harus dispesifikasikan (pemilik, kontraktor atau fihak ke tiga).
Tebal tanah urug
yang dipadatkan, apakah sebelum atau sesudah dipadatkan juga harus dispesifikasikan (umumnya dispesifikasikan tebal tanah urug longgar sebelum dipadatkan sekitar 20 – 30 cm).
Kecuali itu, dispesifikasikan pula:
1. Macam tanah timbunan.
2. Derajat kepadatan minimum di lapangan yang harus dicapai
3. Energi pemadatan (tipe dan ukuran
mesin pemadat dan jumlah lintasan).
4. Keahlian kontraktor dalam menjaga kadar air supaya tetap.
Hanya sayangnya, parameter-parameter di atas belum dapat diketahui ketika spesifikasi pekerjaan dibuat. Tebal hamparan
material yang dipadatkan dapat menyebabkan perbedaan kepadatan, yaitu kepadatan yang tinggi di dekat permukaan dan semakin berkurang di bagian bawahnya. Di
lain fihak, kontraktor ingin memadatkan tanah
secepat mungkin agar pekerjaan cepat dan hemat.
Suatu syarat yang juga dapat ditetapkan adalah tebal maksimum tanah setelah dipadatkan, misalnya 15 cm. Tebal tanah dipadatkan yang lebih besar dapat pula diusulkan, asalkan kontraktor dapat membuktikan bahwa dengan alat pemadat dan cara penghamparan yang digunakan, seluruh tebal tanah hamparan dapat
mencapai kepadatan yang disyaratkan. Syarat yang paling penting adalah bahwa kepadatan minimum di lapangan (misalnya diukur dengan metoda
uji kerucut pasir) pada bagian bawah dapat dicapai. Hal ini harus dimonitor dari mulai pekerjaan pemadatan awal, hingga akhirnya.
VARIASI KEPADATAN HASIL PEMADATAN
Kepadatan tanah hasil pengukuran akan bervariasi dari tempat ke tempat, walaupun mungkin pada area yang
kecil. Variasi ini, sebagian adalah akibat perbedaan
kepadatan yang dihasilkan oleh alat pemadat, perbedaan kecil jenis tanah atau kadar
air, dan sebagian lagi, oleh kesalahan dalam pengukuran kepadatan yang menggunakan alat tertentu.
Jika pengontrolan kepadatan dilakukan dengan pengukuran berat volumenya, maka pengontrolan harus tidak didasarkan hanya pada satu
kali pengujian. Sejumlah pengujian harus dilakukan, dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan metoda statistik untuk menentukan deviasi standar dan batas-batas dari nilai rata- ratanya.
Untuk analisis disarankan menggunakan 10 data
hasil pengujian kepadatan. Satu pengukuran
dibuat untuk setiap 836
m2 (1000 yd2) tanah hamparan
timbunan (Road Research Laboratory, 1968). Jumlah data pengukuran yang diperlukan dalam dianalisis ini, bergantung pada sifat dari pekerjaan dan derajat akurasi dari hasil yang disyaratkan.
Untuk kebanyakan klasifikasi pekerjaan, deviasi standar yang diijinkan adalah 0,79 kN/m3 untuk tanah berbutir halus, dan 1,57 kN/m 3 untuk tanah berbutir kasar, dan berat volume kering rata-rata harus sama atau melebihi berat volume kering yang disyaratkan (Road Research Laboratory, 1968).
PENGUKURAN KEPADATAN DI LAPANGAN
PENGUKURAN KEPADATAN DI LAPANGAN
Metoda yang umum digunakan untuk mengukur atau memeriksa kepadatan tanah di lapangan adalah dengan mengukur berat volume kering tanah di tempat. Seperti telah dipelajari, hal ini karena nilai berat volume kering pada umumnya tidak berubah oleh akibat perubahan kadar air, misalnya kenaikan kadar air oleh akibat hujan.
Kepadatan di tempat menunjukkan berat nilai berat volume kering dalam kondisi tak terganggu di tempat tersebut. Pada proyek-proyek tanah urug, umumnya pengukuran kepadatan di tempat ini dilakukan untuk mengecek hasil pemadatan yang telah dilakukan. Pengukuran kepadatan di tempat yang dilakukan p ada tempat pengambilan bahan timbunan (borrow area), dimaksudkan untuk mengetahui volume susut atau melonggarnya tanah yang akan terjadi, ketika tanah tersebut diangkut menuju ke lokasi proyek. Untuk tanah-tanah berbutir kasar, umumnya nilai berat volume kering setelah dipadatkan lebih besar dibandingkan dengan tanah- tanah berbutir halus.
Ada dua macam cara untuk mengontrol kepadatan tanah di lapangan, yaitu dengan pemindahan tanah dan cara langsung. Cara dengan pemindahan tanah adalah sebagai berkut:
1.
Digali lubang pada permukaan tanah timbunan yang dipadatkan.
2.
Ditentukan kadar airnya.
3. Diukur volume dari tanah yang digali. Cara yang biasa dipakai untuk
ini adalah metoda kerucut pasir (sand cone) dan
balon karet (rubber baloon). Dalam cara kerucut pasir, pasir kering yang telah diketahui
berat volumenya dituangkan ke luar lewat kerucut pengukuran ke dalam lubang
di permukaan tanah. Volume lubang dapat ditentukan dari berat pasir di dalam lubang dan
berat volume keringnya. Dalam cara balon karet, volume ditentukan secara langsung dari pengembangan balon yang mengisi lubang galian.
4. Dihitung berat volume basah (É£b). Karena berat dari tanah yang digali dapat ditentukan dan volumenya telah diperoleh dari butir (3), maka
É£b dapat ditentukan. Dengan kadar air yang telah ditentukan di laboratorium, berat volume kering di lapangan dapat ditentukan.
5. Bandingka n berat volume kering lapangan dengan berat volume kering maksimumnya, kemudian hitung kepadatan relatifnya.
Pengukuran kepadatan tanah di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metoda. Di bawah ini akan dibahas metoda-metoda kerucut pasir, balon karet dan nuklir.
1.
Metoda Kerucut Pasir (Sand Cone Method)
Dalam cara ini
digunakan pasir untuk mengukur volume lubang di permukaan tanah yang dibuat pada lokasi pengujian. Kepadatan di lapangan dinyatakan oleh berat tanah kering dibagi dengan volume lubang yang digali. Berat tanah ditentukan secara langsung dengan menimbang tanah yang digali dari lubang. Kadar air dapat ditentukan setelah diperoleh berat basah dan berat kering oven tanah tergali.
Alat kerucut pasir, seperti namanya, terdiri dari corong berbentuk kerucut yang dipasang pada mulut botol yang berisi pasir. Volume tanah yang digali dari lubang uji, ditentukan dengan
cara menimbang pasir (yang awalnya berada di
dalam botol) yang mengisi lubang uji. Pasir yang digunakan adalah pasir kering, dapat mengalir dengan bebas, bergradasi seragam di mana berat volumenya telah diketahui. Pasir yang digunakan, umumnya pasir Ottawa dengan berat volume sekitar 100
lb/cu.ft (16 kN/m3). Jika berat pasir yang mengisi lubang
dapat diperoleh,
maka dengan mudah volume lubang dapat diketahui. Lubang uji yang dibuat umumnya berdiamater sekitar 15 cm dan kedalaman 15 cm. Prosedur detail mengenai uji kerucut pasir ini dapat dilihat dalam ASTM D-1556.
2.
Metoda balon karet (rubber balloon method )
Seperti halnya pada metoda kerucut pasir, metoda balon karet pada prinsipnya juga mengukur volume lubang uji. Berat tanah yang digali ditimbang langsung di
lapangan, dan kadar
air diperoleh dari menimbang tanah dalam kondisi basah dan kering oven.
Alat uji terdiri dari air yang mengisi silinder kaca vertikal (gelas ukur) yang mempunyai bukaan di bagian bawah, di mana membran dari karet dapat menggelembung mengisi lubang. Tanda-tanda dalam silinder kaca digunakan untuk mengukur volume air yang mengisi lubang uji.
Pengisian lubang uji dengan air, dilakukan dengan menekan pompa tangan. Tekanan atmosfer dari luar memaksa air dan balon kembali masuk ke dalam silinder, dan alat siap digunakan pada pengujian lokasi lain.
Alat balon karet tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran
yang paling kecil dapat mengukur lubang berdiameter sekitar 10 cm
dengan kedalaman 15
cm.
Alat yang lebih besar digunakan untuk lubang
uji yang lebih besar. Prosedur uji balon karet ini dapat dilihat dalam ASTM D-2167.
3.
Metoda Nuklir
Pengukur kepadatan tanah dengan metoda nuklir telah banyak digunakan untuk mengukur kepadatan tanah di lapangan. Hasil kepadatan tanah di
lapangan dapat diperoleh dengan cepat.
Elemen utama alat pengukur kepadatan
adalah sumber nuklir yang memancarkan sinar gamma (gamma rays), detektor
untuk menangkap sinar gamma atau photon
yang melewati tanah yang diuji, dan alat penghitung untuk menentukan kecepatan sinar gamma untuk mencapai detektor. Ketika alat ini digunakan, sinar gamma menembus tanah,
di mana sebagian terserap tanah, dan sebagian lagi mencapai detektor dengan tranmisi langsung. Jumlah dari radiasi gamma yang mencapai detektor berbanding terbalik secara proporsional dengan kepadatan tanah. Kepadatan ditentukan dengan menggunakan kecepatan sinar yang diterima detektor dan dengan mengkaitkan pembacaan ini dengan pembacaan kalibrasi yang telah dibuat pada material yang telah diketahui kepadatannya. Kurva
kalibrasi diberika oleh pabrik alat. Kepadatan yang yang diperoleh adalah kepadatan ”total” atau berat volume basah.
Kelembaban atau kadar air diperoleh dari hitungan ”thermal neutrons”. Partikel alfa yang diemisikan dari sumber americium atau radium menyerang target beryllium. Serangan ini menyebabkan beryllium mengemisikan neutron- neutron cepat
(fast neutrons). Neutron cepat ini kehilangan kecepatannya,
jika menabrak atom hidrogen dalam molekul air. Hasil neutron berkecepatan rendah ini adalah thermal neutrons. Hasil kadar air yang diberikan adalah sebagai berat air per satuan volume. Berat volume kering diperoleh dengan mengurangkan berat volume basah dengan berat air persatuan volume ini. Dengan metoda ini, pada penentuan kadar air, kesalahan signifikan dapat terjadi bila tanah mengandung besi, boron atau cadmium. Informasi detail mengenai penggunaan alat ini dapat dilihat dalam ASTM D-2922.
Metoda Pemotong Inti ( Core Cutter Method)
Dalam cara ini suatu pemotong berupa tabung diameter dalam 10
cm (4
in.) dan tinggi
12,5 cm
(5 in.) dipukulkan ke dalam tanah. Pemotong yang telah berisi tanah, kemudian dikeluarkan dari tanah dengan cara digali. Tanah yang terambil dalam pemotong diratakan sehingga permukaannya rata dengan permukaan
tabung. Dengan cara ini, volume tanah yang terambil dalam tabung pemotong sama dengan volume tabung. Kadar
air ditentukan dengan mengambil tanah dalam tabung pemotong. Dari berat, volume tanah dalam tabung, serta
kadar air, maka berat
volume kering tanah dapat ditentukan.
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran di lapangan telah dilaporkan oleh Road
Research Laboratory (1968). Menunjukkan pengaruh tebal dinding silinder pemotong berdiameter 10
cm (4 in.) dan tinggi
12,5 cm (5 in.) terhadap hasil pengukuran yang dilakukan di dua lokasi. Hasil dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa pemotong yang tipis menghasilkan berat
volume kering yang lebih tinggi. Hal ini akibat dari kompresi tanah yang disebabkan oleh masuknya
pemotong ke dalam tanah menyebabkan tanah mengembang. Karena itu, untuk pengukuran
yang lebih akurat, maka sebaiknya digunakan silinder pemotong yang tipis. Hasil berat
volume kering terukur yang
tidak begitu berbeda diperoleh pada pemotong dengan diameter silinder bagian dalam berbeda dari 10 cm dan 15
cm dengan tebal dinding 1/8 in. Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil yang lebih baik tidak dapat
diperoleh dari penggantian pemotong dari diameter bagian dalam 10 cm
menjadi 15 cm.
PENGARUH BERAT MESIN PEMADAT DAN BIDANG KONTAK
RODA PENGGILAS
Tegangan yang terjadi di dalam tanah oleh melintasnya mesin pemadat akan menyebabkan
tanah
memadat.
Akan tetapi, dari hubungan distribusi tegangan dengan kedalaman, diperoleh bahwa faktor lain juga akan mempengaruhi tegangan, sehingga
mempengaruhi kepadatan tanah di sekitar roda. Rasio tegangan yang terjadi di
bawah roda dari 65 psi, untuk pemadat 10 ton menuju ke 150
psi untuk pemadat proof
yang beratnya 60 ton
berawal dari nilai 2,3 di
permukaan, tapi kemudian bertambah sampai 2,9 pada kedalaman 5 cm
(2”), 7,2 pada 15 cm (6”) dan 13,3 pada 30 cm (12”). Jelaslah, pemadat proof 60 ton jauh lebih efektif dari yang lain. Hal ini membuktikan bahwa tegangan untuk pemadatan tidak hanya disebabkan oleh tekanan
ban yang lebih tinggi saja.
Tekanan roda sangat berpengaruh untuk pencapaian kepadatan
tinggi
pada kedalaman yang dangkal, tapi untuk kedalaman yang lebih dalam, ukuran luasan kontak roda
menjadi lebih penting. Luasan kontak nominal sebuah roda adalah beban roda dibagi dengan tekanan
roda. Berat mesin pemadat dan area kontak
r oda dalam
Tekanan roda yang tinggi dan area kontak besar merupakan alasan kenapa mesin pemadat proof 60 ton lebih efektif untuk mencapai kepadatan yang tinggi
di permukaan.
INDEKS PEMADATAN (COMPACTION INDEX)
Perkerasan landas pacu di bandar udara akan menerima beban roda yang tinggi, sehingga pemadatan sangat penting diperhatikan. U.S. Corp of Engineers mengembangkan konsep yang dikaitkan dengan kebutuhan
kepadatan untuk persyaratan kekuatan rencana
dengan menggunakan indeks kepadatan (Ci).
Indeks kepadatan (Ci) didefinisikan sama dengan CBR
rancangan,
yaitu CBR yang disyaratkan dalam perancangan perkerasan fleksibel, di
sembarang kedalaman dalam perkerasan. Contohnya, jika metoda rancangan membutuhkan
CBR = 10 pada kedalaman perkerasan 30 cm
untuk 10.000 lintasan pesawat B-52, maka indeks pemadatan Ci harus 10. Perubahan
istilah dari CBR ke indeks pemadatan,
untuk menekankan bahwa walaupun tingkat tegangan yang
timbul dalam material akan mempengaruhi tahanan
geser (CBR) dan tingkat pemadatan (Ci), namun terdapat perbedaan nyata antara kuat geser
dan k ebutuhan kepadatan.
PENGARUH MATERIAL LUNAK
SEBAGAI LANDASAN PEMADATAN
Suatu hal yang tidak mungkin adalah memadatkan material di atas pondasi yang lunak. Dalam kasus 1,
modulus elastis di bawah roda mesin pengilas dianggap konstan sebesar 25.000 psi (mewakili material ganuler yang bagus). Pada kasus 2, mesin penggilas berada di
atas material yang tebalnya 15 cm dengan modulus elastis 25000 psi yang terletak di atas tanah dengan modulus 5.000 psi. Tanah yang di bawah ini secara pendekatan akan mempunyai CBR
sekitar 3 – 4%, yang dapat mewakili lempung lunak. Pada kasus 2, terlihat bahwa tegangan yang tersedia untuk memadatkan tanah setebal 15 cm
menjadi sangat berkurang akibat lunaknya landasan di
bawahnya. Lendutan di permukaan untuk masing-masing dari empat penggilas untuk ke dua kasus
diperlihatkan dalam Gambar x.26. Terlihat bahwa landasan yang lebih lunak menyebabkan
lendutan di permukaan yang lebih besar. Pemadatan dengan tingkat kepadatan tinggi sangat tidak mungkin dilakukan pada lapisan tipis yang berada di
atas landasan lunak. Lebih dari itu, tegangan tinggi yang terjadi pada landasan tanah yang lunak di bawahnya menyebabkan tanah bergeser dan melendut.
Jika tanah harus dipadatkan di atas tanah lunak, maka tanah pada lapisan paling awal akan menghasilkan tingkat kepadatan rendah.
Dalam kasus demikian, maka yang pekerjaan yang harus dilakukan adalah membongkar
material lunak tersebut atau
memperbaiki material yang ada, dan
membangun landasan kerja sehingga alat-alat pemadat atau yang lainnya dapat bekerja di atasnya.
PEMADATAN UNTUK STRUKTUR TIMBUNAN
Salah satu persyaratan permukaan jalan adalah harus rata. Karena itu, sangat penting diperhatikan bahwa timbunan yang mendukung permukaan jalan harus dipadatkan dengan baik. Timbunan harus bebas
dari rongga-rongga yang disebabkan oleh cara penimbunan yang buruk, dan bahan
timbunan harus bebas dari akar-akaran, ranting, jerami dan maerial lain yang mengganggu
pemadatan tanah. Dalam praktek, tebal lapisan penghamparan tanah urug
sebelum dipadatkan disyaratkan berkisar 15 – 30 cm untuk seluruh lebar tampang melintang timbunan, dan setiap lapisan dipadatkan dengan mesin penggilas atau oleh aksi alat berat.
Tanah urug dituangkan melalui unit alat angkut, kemudian diratakan dengan buldozer atau grader. Tipe-tipe alat pemadat, umumnya adalah penggilas roda halus, penggilas kaki kambing, penggilas roda karet dan sebagainya. Hasil pemadatan yang baik umumnya dapat diperoleh dengan lintasan mesin pemadat ke seluruh bagian tanah yang
dihamparkan saat proses pelaksanan. Akan tetapi, sangat sulit untuk menyebarkan lintasan ke seluruh bagian lebar dari timbunan. Bila lintasan tidak merata, maka akan diperoleh kepadatan yang tidak sama, yang dapat berakibat penurunan tak seragam pada permukaan jalan di kemudian hari.
Pada bagian pinggir atau lereng timbunan, pemadatan yang baik umumnya sulit tercapai. Karena, kecuali kurangnya tekanan kekang ( confining pressure) di bagian pinggir, juga mesin pemadat cenderung
melintas agak ke tengah. Kadang- kadang khusus bagian pinggir ini, pemadatan dilakukan dengan
mesin pemadatan ringan. Namun
demikian, hasil pemadatan di bagian pinggir timbunan ini umumnya masih ridak memuaskan.
Untuk
itu, maka penghamparan tanah urug
perlu dibuat lebih lebar dari tampang timbunannya, kemudian bagian kelebihan ini dipangkas sampai pada permukaan lereng final. Pada bagian pinggir ini dipadatkan dengan mesin pemadat ringan.
PERSYARATAN MATERIAL DAN KEPADATAN TIMBUNAN
Stabilitas timbunan bergantung pada tahanan geser
tanah
pembentuk timbunan. Tahanan geser atau kuat geser tanah terdiri dari komponen kohesi ( c) dan sudut gesek dalam (). Nilai kombinasi keduanya bergantung pada jumlah rongga pori tanah atau kepadata n dan jumlah air yang berada di dalamnya. Tanah yang mengandung banyak rongga
akan menjadi sangat tidak stabil ketika kadar air t inggi, dan sebaliknya tanah yang berisi sedikit rongga akan menahan
masuknya air, dan karena itu lebih stabil dibandingkan dengan tanah yang
banyak
rongganya. Banyaknya rongga pori dalam tanah, bergantung pada derajat kepadatannya.
Pada saat melakukan pemadatan, maka dibutuhkan pengontrolan kadar air dan kepadatan
timbunan. Pada umumnya tanah hasil pemadatan harus sampai mencapai minimum 90-95% kepadatan maksimum standar pengujian tertentu. Untuk mencapai hasil ini, dibutuhkan pengontrolan kadar air tanah saat pemadatan. AASHO menyarankan hal-hal berikut ini untuk timbunan.
Jika timbunan tingginya tidak lebih dari 3 m dan tidak terletak pada lereng curam atau dipengaruhi banjir yang lama, maka batas cair (LL) tanah harus kurang dari 65%, indeks plastisitas (PI) tidak lebih dari 0,6(LL)
– 9, dan berat volume kering minimum yang harus dicapai seperti disajikan dalam Tabel x.8.
Tabel x.8 Persyaratan kepadatan
material timbunan tinggi >3m, tidak diletakkan pada lereng atau dipengaruhi banjir lama (AASHO)
Untuk
tanah granuler dengan >35% dari beratnya lolos saringan no.
200, dan serpih =(shale) atau batuan dari butiran halus terlaminasi oleh akibat konsolidasi lempung, lanau, atau campuran pasir halus, dianggap cocok digunakan, bila butiran lolos saringan no.10 minimum 40%.
Untuk timbunan lebih dari 3 m atau diletakkan pada lereng curam atau dipengaruhi banjir, batas cair (LL) tanah harus
tidak melebihi 50%, dan standar
uji pemadatan harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel x.8.
Tanah granuler (kurang dari 35% lolos saringan no. 200), dan serpih jika 40% lolos saringan no.10 dan nilai batas cair (LL) dari fraksi lolos saringan no.40 tidak melebihi 50%, dapat digunakan untuk bahan timbunan, dan persyaratan kepadatan minimum harus seperti ditunjukkan dalam Tabel x.9.
Tabel x.9
Persyaratan kepadatan minimum material timbunan tinggi >3 m terletaknpada lereng curam atau dipengaruhi banjir (AASHO)
Jika batuan digunakan untuk tanah urug,
penting harus diperhatikan agar seluruh rongga pori material urugan terisi seluruhnya untuk mencegah
penurunan tak seragam
di masa datang. Material batuan, bolder, dan lain-lain harus diletakkan di bagian bawah urugan
dan ketika elevasi urugan akan mendekati final, material berdiameter lebih kecil harus digunakan.
PENGARUH KADAR AIR, BERAT
VOLUME TERHADAP
CBR (SYARAT PEMADATAN & PENGARUH RONGGA)
Untuk jalan raya dan bandara, pemadatan yang baik pada tanah-dasar (subgrade) dan lapis pondasi (base) sangat diperlukan. Pemadatan menambah kerapatan tanah, sehingga kadar air menjadi lebih rendah, bahkan bila tanah pada kondisi jenuh. Kadar air yang lebih rendah ini akan menambah kekuatan atau kuat geser tanah.
Karena pemadatan bertujuan untuk meyakinkan stabilitas timbunan, maka penting untuk mengetahui hubungan kekuatan dan kepadatan.
Untuk tanah-tanah lempungan, kekuatan merupakan fungsi kepadatan dan kadar
air. Nilai CBR umumnya berkurang, bila kadar air bertambah dan kepadatan berkurang. Namun, pada benda uji CBR yang sama, jika direndam selama 4 hari, maka nilai puncak CBR
terjadi pada kadar
air optimumnya atau saat kepadatan tanah mencapai maksimumnya, karena alur kurva CBR
dan kepadatan identik. Alasan nilai puncak ini, adalah karena terkait dengan penyerapan dan
pengembangan saaat perendaman. Beberapa
tanah yang dipadatkan pada kadar
air rendah akan mengembang lebih banyak dengan diikuti
oleh turunnya kekuatan, dibandingkan dengan tanah
yang
dipadatkan pada kadar air lebih tinggi.
Pengembangan berkurang,
ketika kadar air bertambah sampai nilai yang mendekati kadar air optimum, dan kemudian menjadi relatif konstan untuk
kadar air yang melebihi optimum. Hal ini menunjukkan bahwa bilamana ditemui tanah yang
mudah mengembang, maka lebih baik dipadatkan pada kadar air yang mendekati atau sedikit melebihi kadar air optimumnya (Yoder dan Witczak, 1975).
Karena kekuatan tanah
bergantung pada kadar air dan kepadatan, maka penting diketahui pengaruh kepadatan pada kadar air yang bervariasi. Data pengujian CBR diambil setelah 4 hari perendaman. Angka-angka
disamping kurva menunjukkan kadar air yang diberikan pada masing-masing contoh tanah. Untuk tanah CH, pada berat volume kering yang sama (kepadatan
konstan),
CBR
bertambah dengan naiknya kadar air. Demikian pula, CBR bertambah,
jika kepadatan bertambah sampai ke nilai puncaknya dan setelah itu turun. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan tekanan air pori pada tanah jenuh. Contohnya, pada kadar air 28% dan berat volume kering 100 lb/cu.ft, tanah tidak stabil, karena sebagian dari beban yang bekerja ditahan oleh air pori. Kondisi yang sama diperoleh pada tanah CL, namun pada derajat yang lebih rendah. Fenomena ini ditemui ketika tanah dipadatkan dengan cara ditumbuk (dinamis), tapi tidak demikian kalau pemadatan dilakukan secara statis.
Comments
Post a Comment