Jembatan Pelengkung/Busur (Arch Bridge)
Pengertian Jembatan Busur
Jembatan busur adalah struktur setengah
lingkaran dengan abutmen di kedua sisinya. Desain busur (setengah lingkaran)
secara alami akan mengalihkan beban yang diterima lantai kendaraan jembatan
menuju ke abutmen yang menjaga kedua sisi jembatan agar tidak bergerak
kesamping.
Ketika menahan
beban akibat berat sendiri dan beban lalu lintas, setiap bagian pelengkung
menerima gaya tekan, karena alasan itulah jembatan busur harus terdiri dari
material yang tahan terhadap gaya tekan.
Walaupun
pelengkung tidak mengalami gaya tarik yang membuat pelengkung lebih efisien
dari jembatan balok, namun kekuatan struktur jembatan pelengkung juga masih
dibatasi. Misal, untuk jembatan yang struktur utamanya diatas lantai kendaraan,
semakin besar sudut kelengkungannya (semakin tinggi lengkungannya) maka
pengaruh gaya tekan akan semakin kecil, namun itu berarti bentangnya menjadi
lebih kecil, jika diinginkan membuat jembatan pelengkung dengan bentang
panjang, maka sudut pelengkung harus diperkecil sehingga gaya tekanpun menjadi
lebih besar dan diperlukan abutmen yang lebih besar untuk menahan gaya
horizontal tersebut. Jadi sama seperti jembatan balok bentang dari jembatan
pelengkung juga dibatasi hingga 50 sampai 150 m.
Bentuk melengkung
dari struktur memungkinkan berat sendiri struktur disalurkan ke pondasi sebagai
gaya normal tekan tanpa lenturan. Hal ini sangat penting untuk material
pasangan batu dan beton yang memiliki kuat tekan relatif sangat tinggi
dibandingkan kuat tariknya., bahan tersebut juga memiliki kekakuan yang sangat
besar sehingga faktor tekukan akibat gaya aksial tekan tidak menjadi masalah
utama.
Karena bentuk
struktur utamanya yang melengkung maka diperlukan lantai kerja untuk lalu
lintas yang bisa diletakkan diatas, dibawah, atau diantara struktur utamanya. Untuk struktur lengkung yang dikakukan oleh lantai
kerjanya (Deck Stiffened- arch) atau jembatan lengkung yang struktur utamanya
diatas lantai kerja, seperti pada jembatan Sydney Harbour, Australia, lantai
kerja tersebut harus lebih tebal dari lengkungnya karena lantai kerja harus
dapat mengatasi dari kemungkinan melentur/menekuk dan pelengkung tetap menerima
gaya tekan. Pada beberapa jembatan, lantai kerja bisa lebih tipis dari balok
sedehana biasa karena berat sendirinya sudah ditopang oleh pelengkung dan
lengkung bisa juga lebih tipis dari pelengkung biasa karena sudah dikakukan
oleh balok diatasnya. Karena alasan inilah jembatan lengkung bisa membentang
lebih panjang dari jembatan balok.
Efesiensi pemakaian struktur
pelengkung akan lebih tinggi lagi jika lokasinya tepat seperti lembah ataupun
sungai yang dalam dimana pondasi melengkung terletak pada tanah keras. Masuk
akal apabila jembatan pelengkung adalah salah satu jembatan paling sederhana
karena jika kita membangun jembatan pelengkung di atas tanah keras kita hanya
memerlukan pelengkung tanpa memerlukan bagian yang lain. Tanah keras tersebut
bisa berperan sebagai abutmen dan kita bisa menempatkan tanah atau
batu disampingnya dengan sudut yang tepat seperti terlihat pada gambar.
Pada tanah yang kurang keras kita perlu menyediakan abutmen yang lebih besar
untuk menahan gaya horizontal. Kegunaan dari abutmen
ini adalah untuk membuat tegangan yang terjadi
akibat dorongan lengkung menurun sampai pada titik yang bisa dipikul oleh tanah
karena tanah mampu menerima tekan dan tanah tidak akan bergerak lagi (selama
tegangan tanah lebih besar dari tegangan yang terjadi), biasanya juga ada gaya
geser yang bekerja di daerah dekat abutmen. Jembatan lengkung pada awalnya
terbuat dari batu, bata, besi cor, besi tempa dan baja. Saat ini jembatan
lengkung seperti beton pratekan dan baja membuat jembatan lengkung bisa dibuat
lebih panjang dan lebih elegan.
Jenis-jenis
Jembatan Busur
Dari segi tipenya, jembatan busur
dibagi menjadi: (1) Deck Arch, (2) Through Arch, (3) A Half-Through Arch.
1.
Deck Arch
Jenis ini merupakan salah satu jenis
jembatan busur dimana letak lantainya menopang beban lalu lintas secara
langsung dan berada pada bagian paling atas busur. Sebagaimana terlihat pada
Gambar 1 berikut:
Gambar Jembatan Brantas Jodipan
2.
Through Arch
Jenis
ini merupakan salah satu jenis jembatan busur dimana letak lantainya berada
tepat di springline busurnya. Sebagaimana terlihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar Through Arch Bridge
Sumber: https://theconstructor.org/structural-engg/types-of-bridges/13195/
3.
A Half–Through Arch
Jenis
ini merupakan salah satu jenis jembatan busur dimana letak lantai kendaraannya
berada diantara springline dan bagian busur jembatan atau berada ditengah –
tengah. Sebagaimana terlihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar A Half-Trough Arc Bridge
Sumber: https://theconstructor.org/structural-engg/types-of-bridges/13195/
Sedangkan dari
segi materialnya jembatan busur dibagi menjadi:
- Masonry Arch (jembatan busur dari batu)
Gambar Jembatan busur batu
Jembatan busur bahan batu yang banyak ditemukan pada
masa lampau dan sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Pada masa Romawi kuno,
masonry arch berfungsi sebagai “aqueduct” (jembatan yang dibuat untuk saluran
air).
Setelah perkembangan zaman, jembatan tipe masonry arch
mulai dipakai sebagai jalur lalu lintas. Banyak berada di Eropa, seperti negara
Jerman, Inggris, Perancis, Italia, dan Spanyol.
2. Timber Arch
(jembatan lengkung kayu)
Gambar Jembatan
Lengkung Kayu
Jembatan ini
terbuat dari kayu laminasi direkatkan, juga
disebut Gluelam atau glulam, adalah jenis produk
kayu struktural yang terdiri dari beberapa lapisankayu
dimensioned direkatkan.
3. Iron (jembatan
lengkung besi)
Gambar Jembatan Kademangan
4. Steel (jembatan
lengkung baja)
5. Concrete (jembatan
lengkung beton)
2.3 Struktur
Jembatan Busur dan Fungsinya
Komponen
bagian dari jembatan busur terbagi dalam 2 komponen: (1) Struktur atas dan (2) Struktur
bawah
1. Struktur Atas
Menurut Pranowo, dkk (2007) struktur atas jembatan
adalah bagian dari struktur jembatan
yang secara langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke
bangunan bawah jembatan. Pendapat lain yang dikemukakan Siswanto (1993) struktur
atas jembatan adalah bagianbagian jembatan yang memindahkan beban-beban lantai
jembatan kearah perletakan.bagian-bagian struktur bangunan atas tersebut
terdiri dari:
a.
Trotoar
Merupakan
tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih tinggi dari lantai
kendaraan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk dua orang
berpapasan dan dipasang pada bagian kanan serta kiri jembatan.
b.
Lantai Kendaraan
Lantai kendaraan adalah lintasan utama yang dilalui
kendaraan. Lebar jalur kendaraan yang diperkirakan cukup untuk berpapasan dua
buah kendaraan. Dimana lebar badan jalan adalah 7 meter.
c.
Gelagar lengkung
Bagian
struktur ini mengubah gaya–gaya yang bekerja dari beban vertikal dirubah
menjadi gaya horizontal/tekan sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi jembatan
tersebut.
d.
Balok lantai
Balok lantai berfungsi
menerima beban lantai kendaraan, trotoar dan beban lainnya dan menyalurkannya
ke rangka utama.
e.
Spandrel columns
Berfungsi menyalurkan
beban dari balok lantai ke gelagar lengkung.
f.
Ikatan Angin
Ikatan angin
berfungsi untuk menahan atau melawan gaya yang diakibatkan oleh angin, baik
pada bagian atas maupun bawah jembatan.
g.
Landasan/Perletakan
Landasan/Perletakan
dibuat untuk menerima gaya-gaya dari konstruksi bangunan atas baik secara
horizontal, maupun vertikal dan menyalurkannya ke bangunan di bawahnya. Selain
itu, berfungsi juga untuk mengatasi perubahan panjang yang diakibatkan
perubahan suhu. Terdapat 3 (tiga) macam perletakan, yaitu: sendi, rol dan
elestomer.
h.
Hanger
Hanger yang
berfungsi sebagai komponen penghubung dek jembatan ke gelagar
lengkung. Harus ada dalam jembatan lengkung karena sebagai penahan tarik
2. Struktur Bawah
(Sub Structure)
Menurut
Departemen Pekerjaan Umum (Modul Pengantar dan Prinsip-Prinsip Perencanaan
Bangunan Bawah/Pondasi Jembatan, 1988), fungsi utama bangunan bawah adalah
memikul beban-beban pada bangunan atas dan pada bangunan bawahnya sendiri untuk
disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut oleh pondasi disalurkan
ke tanah. Bangunan ini terletak pada
bagian bawah konstruksi yang fungsinya untuk memikul beban-beban yang diberikan
bangunan atas. Kemudian disalurkan ke pondasi untuk diteruskan ke tanah keras
di bawahnya. Bangunan bawah secara umum terdiri atas :
a.
Abutment
Abutment
adalah salah satu bagian konstruksi jembatan yang terdapat pada ujung-ujung
jembatan yang berfungsi sebagai pendukung bagi bangunan di atasnya dan sebagai
penahan tanah timbunan oprit. Jenis abutment ini dapat dibuat dari bahan
seperti batu atau beton bertulang.
b.
Pelat injak
Plat injak
berfungsi untuk menahan hentakan pertama roda kendaraan ketika akan memasuki
pangkal jembatan.
d. Pondasi
Pondasi
berfungsi sebagai pemikul beban di atas dan meneruskannya ke lapisan tanah
pendukung tanpa mengalami konsolidasi atau penurunan yang berlebihan.Adapun hal
yang diperlukan dalam perencanaan pondasi adalah sebagai berikut: 1) Daya dukung tanah terhadap
konstruksi. 2) Beban-beban yang bekerja
pada tanah baik secara langsung maupun yang tidak langsung. 3) Keadaan lingkungan seperti banjir, longsor
dan lainnya. Secara umum pondasi yang
sering digunakan pada jembatan ada 3 (tiga) yaitu: 1) Pondasi sumuran 2) Pondasi tiang pancang 3) Pondasi borpile.
2.4 Kelebihan dan
Kekurangan Jembatan Lengkung
1. Kelebihan Jembatan Lengkung
·
Keseluruhan bagian lengkung
menerima tekan, dan gaya
tekan ini
ditransfer ke abutmen dan
ditahan oleh tegangan tanah dibawah
lengkung. Tanpa gaya tarik yang diterima oleh lengkung memungkinkan jembatan
lengkung bisa dibuat lebih panjang dari jembatan balok dan bisa menggunakan
material yang tidak mampu menerima tarik dengan baik Abutment, Pelat injak, Pondasi seperti beton.
·
Bentuk jembatan lengkung adalah inovasi dari peradaban manusia yang
memiliki nilai estetika tinggi namun memiliki struktur yang sangat kuat yang
terbukti jembatan lengkung Romawi kuno masih berdiri sampai sekarang.
2. Kekurangan Jembatan Lengkung
·
Konstruksi jembatan lengkung lebih sulit daripada jembatan balok karena
pembangunan jembatan ini memerlukan metode pelaksanaan yang cukup rumit karena
struktur belum dikatakan selesai sebelum kedua bentang bertemu
di tengah-tengah. Salah satu
tekniknya dengan membuat "scaffolding"
dibawah bentang untuk menopang struktur sampai bertemu dipuncak.
2.4 Metode
Pelaksanaan Jembatan Busur
1. MSS
(Movable Scaffolding System)
MSS
(Movable Scaffolding System) suatu metode yang digunakan pada pelaksanaan Cast
insitu dimana pengecoran dilaakukan di lokasi setelah selesainya bekisting.
Prinsipnya adalah memindahkan Scaffolding dengan cara digeser ke segmen
berikutnya setelah beton mengeras.
2. Balanced Cantilever
dengan FormTraveller
Metode
konstruksi balanced cantilever adalah
metode pembangunan jembatan dimana dengan memanfaatkan efek kantilever
seimbangnya maka struktur dapat berdiri sendiri, mendukung berat sendirinya
tanpa bantuan sokongan lain (perancah/falsework). Metode ini dilakukan dari
atas struktur sehingga tidak diperlukan sokongan di bawahnya yang mungkin dapat
mengganggu aktivitas di bawah jembatan. Metode balanced cantilever dapat
dilakukan secara cor setempat (cast in situ) atau secara segmen pracetak
(precast segmental).
makasih banyak infonya, kalo boleh tau referensi yang diambil dari mana yaa? kalau boleh buat bahan bacaan lebih
ReplyDelete