Manajemen Waktu Proyek Konstruksi

Pengertian Manajemen Waktu 
Manajemen waktu proyek adalah tahapan mendefinisikan proses-proses yang perlu dilakukan selama proyek berlangsung berkaitan dengan penjaminan agar proyek dapat berjalan tepat waktu dengan tetap memperhatikan keterbatasan biaya serta penjagaan kualitas produk/servis/hasil unik dari proyek.
Manajemen waktu proyek mencakup segala proses yang diperlukan untuk memastikan proyek selesai tepat pada waktunya. Sistem manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek, dimana dalam perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman yang spesifik untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien (Clough dan Sears,1991). Sumber daya dalam proyek konstruksi biasa disebut dengan istilah 5 M, yang terdiri dari:
1.      Men (manusia)
2.      Material (bahan-bahan untuk pengerjaan konstruksi)
3.      Machines (mesin/peralatan)
4.      Money (uang)
5.      Methods (method/cara/teknologi)
Walaupun dalam manajemen waktu seluruh pekerjaan telah dipelajari dan dianalisa secara mendalam, tidak ada rencana yang sempurna. Tidak satu pun perencana mampu mengantisipasi setiap hal mengenai pekerjaan yang mungkin akan terjadi saat konstruksi berlangsung, ada banyak hal yang akan menjadi kendala penerapan manajemen waktu. Kendala dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna: (1) halangan; rintangan; kendala; (2) faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi, mencegah pencapaian sasaran atau pembatalan pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan suatu proyek banyak masalah yang tidak diperhitungkan sebelumnya dapat muncul setiap hari. Cuaca buruk, keterlambatan pengiriman material, konflik dengan pekerja, kerusakan peralatan, kecelakaan kerja, perubahan urutan kerja, dan berbagai macam kejadian lainnya dapat menggangu rencana dan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan evaluasi mengenai performance pekerjaan di lapangan apakah telah sesuai atau tidak dengan rencana.
Manajemen waktu proyek merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek. Manajemen waktu proyek dibutuhkan manajer proyek untuk memantau dan mengendalikan waktu yang dihabiskan dalam menyelesaikan sebuah proyek. Dengan menerapkan manajemen waktu proyek, seorang manajer proyek dapat mengontrol jumlah waktu yang dibutuhkan oleh tim proyek untuk membangun deliverables proyek sehingga memperbesar kemungkinan sebuah proyek dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Aspek-aspek Manajemen Waktu
Dasar yang dipakai pada sistem manajemen waktu proyek yaitu perencanaan operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi proyek yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, penjadwalan digunakan untuk mengotrol aktivitas proyek setiap harinya. Adapun aspek-aspek manajemen waktu yaitu menentukan penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan proyek dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditumbukan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat tersebut, yang terakhir memperbaharui kembali penjadwalan proyek (Clogh dan Scars, 1991). Sedang aspek-aspek manajemen waktu itu sendiri merupakan proses yang saling berurutan satu dengan yang lainnya.

Gambar 1.1 Sistem Manajemen Waktu
Sumber: Clough dan Scars (1991)
Jarang ditemui suatu keadaan dimana suatu jadwal rencana dapat tepat dengan pelaksanaan di lapangan. Untuk dapat mencapai kondisi demikian dibutuhkan suatu perencanaan yang cermat dan didukung factor eksternal agar hal tersebut dapat tercapai. Penandaan prestasi pekerjaan dalam alat pengendalian (schedule) dilanjutkan dengan penyesuaian urutan kegiatan disebut dengan updating (Ervianto, 2002). Walaupun menghadapi keadaan yang terus mengalami perubahan, target waktu yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 diulang secara teratur selama proyek berlangsung.

1. Menyusun Jadwal (Planning)
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta durasi proyek dan progress waktu untuk menyelesaikan proyek. dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih rinci hal ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek sehingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husen, 2008).
Proses penyusunan jadwal tidak hanya berlangsung sebelum pekerjaan dimulai, namun tetap berlanjut selama pekerjaan berlangsung. Project Management Institute (1996) mengindentifikasikan proses yang berlangsung sebelum dan selama pekerjaan berlangsung sebagai berikut:
1. Identifikasi Kegiatan (Activity Definition)
Agar sebuah proyek yang kompleks mudah dikendalikan, maka perlu untuk diuraikan dalam bentuk komponen-komponen individual dalam struktur hirarki, yang dikenal dengan Work Breakdown Structure (WBS). Pada dasarnya WBS merupakan suatu daftar yang bersifat top down dan secara hirarkis menerangkan komponen-komponen yang harus dibangun dan pekerjaan yang berkaitan dengannya.
 Struktur dalam WBS mendefinisikan tugas-tugas yang dapat diselesaikan secara terpisah dari tugas-tugas lain, memudahkan alokasi sumber daya, penyerahan tanggung jawab, pengukuran dan pengendalian proyek. Pembagian tugas menjadi sub tugas yang lebih kecil tersebut dengan harapan menjadi lebih mudah untuk dikerjakan dan diestimasi lama waktunya.
Melakukan rincian sebuah proyek ke dalam bagian-bagian komponen yang lebih kecil akan memudahkan pembagian alokasi sumber daya dan pemberiantanggung jawab individual. Perlu kiranya memberi perhatian pada penggunaan detail level yang sangat tinggi akan menyerupai hasil dan manajemen mikro. Sedangkan kondisi ekstrim kebalikannya, tugas-tugas mungkin akan menjadi demikian lebar untuk bisa diatur secara efektif. Hasil dari WBS berupa daftar kegiatan.

Gambar 1.2 Work Breakdown Structure
2. Penyusunan Urutan Kegiatan (Activity Sequencing)
Setelah diuraikan menjadi komponen-komponennya, lingkup proyek disusun kembali menjadi urutan kegiatan sesuai dengan logika ketergantungan. Tujuan dari penyusunan urutan kegiatan adalah untuk mengetahui bagaimana meletakkan kegiatan ditempat yang benar, apakah harus bersamaan (paralel), setelah pekerjaan yang lain selesai atau sebelum pekerjaan yang lain selesai (sequental). Pada penyusunan urutan kegiatan ketergantungan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.    Mandatory dependencies, atau juga disebut hard logic, adalah ketergantungan alami yang ada pada proyek, biasanya melibatkan keterbatasan fisik kegiatan yang dikerjakan. Misalnya, pekerjaan atap tidak bisa dikerjakan sebelum pekerjaan pondasi selesai.
b.    Discretionary dependencies, atau juga disebut soft logic, adalah ketergantungan yang ditetapkan oleh tim manajemen berdasarkan best pratice pada kegiatan tertentu.
c.    External dependencies, adalah ketergantungan yang melibatkan hubungan kegiatan proyek dengan yang bukan merupakan kegiatan proyek, misalnya pemancangan tiang pancang baru bisa dilakukan setelah tiang pancang tiba di lokasi proyek.

3.  Perkiraan Kurun Waktu Proyek (Duration Estimating)
Setelah terbentuk jaringan kerja, masing-masing komponen kegiatan diberikan perkiraan kurun waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan, juga perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. durasi suatu aktivitas adalah panjangnya waktu pekerjaan mulai dari awal hingga akhir. Dalam memperkirakan kurun waktu kegiatan, kontraktor harus menyusun time schedule yang akan dipakai sebagai acuan dalam mengerjakan proyek. Ada 2 pendekatan dalam menentukan durasi aktivitas, yaitu:
a.    Pendekatan teknik, meliputi pemeriksaan persediaan sumber daya,mencatat produktivitas sumber daya, memeriksa kuantitas pekerjaan dan kemudian menentukan durasi.
b.    Pendekatan praktek, meliputi pengalaman dan penilaian ahli (expert judgement).

4.  Penyusunan Jadwal (Schedule Development)
Penyusunan jadwal berarti menentukan waktu mulai dan berakhirnya seluruh kegiatan pada suatu proyek. Apabila waktu mulai dan berakhirnya tidak realistis kemungkinan besar proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal. Untuk dapat menyusun jadwal yang akurat diperlukan berbagai macam masukan seperti; diagram jaringan kerja, perkiraan durasi pekerjaan,kebutuhan sumber daya, ketersediaan sumberdaya, kalender, batasan (tenggang waktu dan milestone), asumsi dan leads and lags.
Gambar 1.3 Proses Pembuatan Jadwal
Sumber: PMBOK (1996)
Analisis matematika adalah teknik yang umumnya digunakan dalam menyusun jadwal. Metoda yang digunakan dalam menyusun jadwal antara lain:
a.    Critical Path Method (CPM)
CPM (Critical Path Method) adalah teknik manajemen proyek yang menggunakan hanya satu faktor waktu per kegiatan. Merupakan jalur tercepat untuk mengerjakan suatu proyek, dimana setiap proyek yang termasuk pada jalur ini tidak diberikan waktu jeda/istirahat untuk pengerjaannya. Dengan asumsi bahwa estimasi waktu tahapan kegiatan proyek dan ketergantungannya secara logis sudah benar. Jalur kritis merupakan jalur yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang bila terlambat akan mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek. Dalam CPM aktivitas disimbolkan dengan panah sehingga CPM disebut juga activity on arror (AOA), pada gambar 1.4, jalur kritis disimbolkan dengan panah ganda.
Gambar 1.4 Jaringan Kerja CPM
Sumber: Ervianto (2004)
b.    Program Evaluation and Review Technique (PERT)
PERT merupakan teknik estimasi yang menggunakan metode statistik. Teknik ini berbasis pada peristiwa (event oriented) untuk setiap aktivitas. Untuk setiap aktivitas dievaluasi waktu penyelesaian yang paling cepat (optimistis), paling lama (pesimistis) dan yang paling realistisnya. Dari datadata ini, kemudian dihitung distribusi rata-ratanya, dan dianggap sebagai nilai akhir yang paling memungkinkan. Dengan menggunakan teknik PERT maka estimasi akan lebih realistis karena mendasarkan perhitungan pada teori peluang dan variasinya.
c.    Precendence Diagramming Method (PDM)
Gambar 1.5 Diagram PDM
Sumber: Soeharto (1995)
Metode perancangan jaringan kerja ini menggunakan node untuk mewakili suatu kegiatan, kemudian menghubungkannya dengan panah untuk menunjukkan ketergantungannya. Terdapat empat ketergantungan dalam PDM yaitu: finish-tostart (FS); aktivitas B dapat dimulai ketika aktivitas A selesai,start tostart (SS); aktivitas B dapat dimulai apabila aktivitas A dimulai, finih-to-finish(FF); aktivitas B tidak dapat diakhiri apabila aktivitas A belum berakhir, dan start-to-finish (SF); aktivitas B tidak dapat diakhiri selama aktivitas A belum dimulai.
d.    Duration Compression
Duration Compression adalah analisis matematika khusus yang mencari jalan untuk memperpendek jadwal tanpa mengubah scope pekerjaan. Metode yang digunakan antara lain crashing dan fast tracking.
Output dari proses penyusunan jadwal ini dapat berupa:
1. Bagan Balok (Gantt Chart)
Metode bagan balok diperkenalkan oleh H.L Gantt pada tahun 1917. Bagan balok disusun dengan maksud untuk mengindentifikasi unsur-unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai, waktu penyelesaian, dan pada saat pelaporan.
Gambar 1.6 Gantt Chart
Sumber: Husen (2008)
Bagan balok dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan komputer. Bagan ini tersusun pada arah vertikal dan horizontal. Pada sumbu horizontal, dicatat pekerjaan atau elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek dan digambar sebagai balok. Sedangkan pada sumbu vertikal, tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan.
               2. Project Network Diagram
Diagram jaringan kerja adalah output yang dihasilkan oleh metode-metode jaringan kerja seperti CPM, PERT dan PDM.
               3. Milestones Chart
Milestone adalah event yang mendapat perhatian khusus dalam suatu proyek, milestone biasanya ditempatkan sebelum akhir suatu kegiatan agar corrective action masih dapat dilakukan saat terjadi masalah. Milestone chart dapat digunakan sebagai alat kontrol kemajuan proyek terutama pada jaringan kerja.

5. Pengendalian Jadwal (Schedule Control)
Pengendalian waktu proyek (schedule control) merupakan salah satu bagian dari pengendalian proyek (project controlling) yang bertujuan bagaimana menjaga proyek tersebut agar selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Manajemen pengendalian waktu proyek harus meliputi semua

Proses yang diperlukan untuk menjamin ketepatan waktu penyelesaian proyek tersebut. Selama proses pengendalian ini, dilakukan pengukuran serta monitoring secara rutin terhadap apa yang telah dicapai selama pelaksanaan pekerjaan, kemudian hasilnya dievaluasi dan dibandingkan dengan rencana semula, sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan terhadap tujuan atau tidak.

2. Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan (Monitoring)
Laporan kemajuan di lapangan adalah dokumen yang sangat penting  dalam menganalisa kemajuan pada akhir penyelesaian proyek. Laporan-laporan yang diperlukan meliputi presentase penyelesaian proyek pada tiap-tiap aktivitasnya. Alat yang digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi proyek dalam pengendalian waktu adalah kurva S, yaitu plotting dari kumulatif persentase bobot pekerjaan, yang dapat merepresentasikan kemajuan dari awal hingga akhir proyek (Clough dan Sears, 1991).
Kurva S dapat dimodifikasi dengan 3 indikator, yaitu : Realisasi dari volume pekerjaan ( Budgeted Cost of Work Performed – BCWS), dan realisasi biaya pekerjaan (Actual Cost of Work Performed - ACWP) (Husen, 2008)
Gambar 1.7  Kurva S pada Time Schedule
Sumber: Soeharto (1995)
Menurut Soeharto (1995), pengendalian adalah proses/usaha yang sistemastis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, sistem informasi, umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangannya, serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien. Kegiatan pengendalian sangat erat hubungannya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya (perencanaan dan pelaksanaan), karena pada kegiatan pengendalian ini dilihat apakah tujuan yang direncanakan dapat dicapai dalam pelaksanaan secara riil. Kegiatan pengendalian tidak terlepas dari pengarahan, monitoring, evaluasi dan koreksi. Dalam melakukan monitoring hal-hal yang penting untuk diukur antara lain:
1.             Mengukur hasil kerja
Dalam mengukur hasil kerja beberapa masukan yang perlu diperoleh adalah :
a.      Actual start dan actual completion date
b.      Kemajuan setiap aktivitas (progress)
c.      Perubahan durasi dari suatu aktivitas
d.      Penambahan atau pengurangan suatu aktivitas
e.      Perubahan hubungan atau urutan dari suatu aktivitas (job logic)
f.       Kejadian penting pada saat pengerjaan proyek
2.      Mengukur penggunaan sumber daya
3.      Mengukur kualitas
4.      Mengukur kinerja dan produktivitas


                     3. Membandingkan Kemajuan di Lapangan Dengan Rencana dan Menentukan Akibat yang Timbul pada saat Penyelesaian (Analysis)
Analisis kemajuan proyek dapat membantu manajemen proyek dalam memberikan peringatan dini akan adanya satu masalah dalam pelaksanaan pekerjaan. Analisis kemajuan proyek dilakukan saat kegiatan proyek sedang berjalan apabila diperlukan, misalnya saat kegiatan mengalami keterlambatan harus dianalisa penyebabnya, apakah dikarenakan tingkat kesulitannya yang tinggi atau sebab lainnya, sehingga keterlambatan dengan sebab dan pada aktivitas yang sama tidak akan terulang lagi (Brandon dan Grey,1970)
Yang menjadi perhatian utama dalam analisis kemajuan proyek adalah penentuan akibat yang akan timbul pada waktu penyelesaian proyek dan waktu penyelesaian kegiatan-kegiatan didalamnya yang telah disusun sebelumnya. Kesuksesan dalam mencapai target waktu adalah tujuan utama sistem manajemen waktu.
Menurut Clough dan Sears (1991), langkah-langkah dalam melakukan analisa dapat berupa:
1.      Membandingkan secara berkala perencanaan kemajuan proyek dengan kenyataan di lapangan.
2.      Menentukan akibat/pengaruh yang terjadi pada tanggal penyelesaian dan pada milestone proyek
3.      Memeriksa kemungkinan munculnya jalur kritis yang baru.

4. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corrective Action)
Corrective Action adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kinerja masa depan yang diharapkan sesuai jalur yang direncanakan. Corrective Action sering melibatkan expediting. Kegiatan khusus yang bertujuan memastikan penyelesaian suatu kegiatan tepat pada waktunya atau dengan delay sesingkat mungkin. Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang cukup berarti, maka perlu dilakukan langkah-langkah pembetulan. Tindakan pembetulan dapat berupa (Clough dan Sears, 1991)
1.      Realokasi sumber daya
2.      Menambah jumlah tenaga kerja
3.      Jadwal alternatif (lembur atau shift)
4.      Membagi-bagi pekerjaan ke subkontraktor
5.      Mengubah metode kerja
6.      Work Splitting (Pembagian pekerjaan dengan durasi yang lama)

5. Memperbaharui Jadwal (Updating Schedule)
Penandaan prestasi pekerjaan dalam alat pengendalian (schedule) dilanjutkan dengan penyesuaian urutan pekerjaan disebut dengan updating. Untuk mengembalikan prestasi sesuai rencana schedule semula, maka dibutuhkan revisi schedule untuk memperbaiki deviasi yang terjadi. Kegiatan revisi schedule ini adalah bagian dari kegiatan reschedulling. Pada umumnya reschedulling dilakukan bersama-sama dengan proses updating. Adapun beberapa tindakan yang perlu dilakukan dalam updating schedule menurut Clough and Sears (1991) antara lain:
1.      Perhitungan float dari setiap aktivitas dari jadwal yang baru
2.      Perhitungan project completion date jadwal yang baru
3.      Penyesuaian jadwal yang baru dengan jadwal yang sudah dikoreksi (correctiong schedule)

Pengertian Delay
Menurut Ervianto (2002), delay adalah sebagaian waktu pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang mengikutinya menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan. Terjadinya delay dapat disebabkan oleh kontraktor atau faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap proyek konstruksi.
Berbagai hal dapat terjadi dalam proyek konstruksi yang dapat menyebabkan bertambahnya durasi konstruksi, sehingga penyelesaian proyek menjadi terlambat. Penyebab umum yang sering terjadi adalah terjadinya perbedaan kondisi lokasi (deffering site condition), perubahan desain, pengaruh cuaca, tidak terpenuhinya kebutuhan pekerja, material atau peralatan, kesalahan perencanaan atau spesifikasi, pengaruh keterlibatan pemilik proyek. Pengaruh delay yang terjadi tidak hanya menyebabkan meningkatnya durasi kegiatan, tetapi akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya konstruksi
Menurut Husen (2008), delay dalam proyek konstruksi dalam proyek konstruksi dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1.      Excusable dan Non-Excusable delay
2.      Conpensable dan Non-Conpensable delay
3.      Concurrent dan Non-Concurrent delay
4.      Critical dan Non-Critical

Excusable dan Non-Excusable Delay
1. Excusable Delay
Excusable delay adalah gagalnya pihak pengelola konstruksi menepati waktu penyelesaian proyek sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Kegagalan ini disebabkan oleh permasalahan desain, perubahan pekerjaan oleh pemilik proyek, perubahan cuaca, perselisihan pekerja, dan bencana alam. Excusable delay dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a.      Compensable delay
Jika delay masuk dalam compensable delay maka pihak yang dirugikan akan mendapat tambahan waktu dan biaya ganti rugi atau salah satunya saja sesuai dengan analisis yang telah disepakati. Penundaan ini biasanya berasal dari kesalahan pemilik proyek.
b.      Noncompensable delay
Jika delay masuk dalam non-compensable delay maka delay tidak mendapatkan kompensasi apapun sehingga proyek harus dihentikan

2. Non-Excusable Delay
Menurut Ervianto (2002), Non-excuseable delay adalah suatu kondisi saat terjadi penundaan pekerjaan yang disebabkan oleh pihak pelaksana proyek. Menurut beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Arditi (1985), Yates (1993), dan Assaf (1995) dalam Majid dan McCaffer (1998), faktor penyebab non-excusable delay dapat dikategorikan berdasarkan sumber utamanya, antara lain:
a.      Material
b.      Tenaga Kerja
c.      Alat dan perlengkapan kerja
d.      Keuangan
e.      Perencanaan yang tidak cermat
f.       Kurangnya pengendalian
g.      Subkontraktor
h.      Kurangnya pengawasan
i.        Metode konstruksi yang tidak tepat
j.        Tidak cukup tenaga ahli
k.      Kurangnya komunikasi

3. Concurrent dan Non-Concurrent Delay
Concurrent delay terjadi ketika dua atau lebih penundaan yang tidak saling berhubungan mempengaruhi pekerjaan yang sedang berlangsung pada saat yang sama. Delay ini dapat berasal dari sumber yang berbeda (satu pihak atau lebih, termasuk cuaca). Biasanya delay yang terjadi memiliki jenis yang berbeda. Misalnya, owner tidak seharusnya bertanggung jawab atas compensable delay yang terjadi karena terlambat memberikan gambar rencana saat terjadi banjir yang secara independent menunda pekerjaan yang sedang berlangsung

4. Critical dan Non-Critical Delay
Tidak semua delay mengakibatkan perubahan dalam waktu penyelesaian proyek. Sebagai contoh, misalnya terjadi perubahan dalam pekerjaan elekrikal (jenis stop kontak), dan perubahan tersebut tidak mengakibatkan terjadinya penundaan kegiatan lain, delay ini disebut non-critical delay. Sedangkan delay yang menyebabkan terjadinya perubahan/bertambahnya waktu penyelesaian proyek konstruksi disebut critical delay. Misalnya terjadi perubahan dimensi balok baja secara tiba-tiba, hal ini akan menyebabkan pengaruh yang besar terhadap waktu penyelesaian proyek karena harus dilakukan pengaruh yang besar terhadap waktu penyelesaian proyek karena harus dilakukan proses change order, shop drawing atau perubahan elemen, proses pemesanan, dan transportasi ke lokasi pekerjaan (Ervianto,2004)

Sumber:
         Ervianto, W.I. 2004. Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi
         Husen, A. 2008. Manajemen Proyek. Yogyakarta: Andi
        Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual sampai Operasional, Edisi 1. Jakarta: Erlangga
        Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual sampai Operasional, Edisi 2. Jakarta: Erlangga

Comments

Popular Posts